Sejarah Desa
Pada waktu dahulu di Desa Tapen ada suatu tempat yang digunakan sebagai pertapaan (Blumbang Gayam) yang mempunyai anak namanya Joko Selung dan Joko Bodo. Joko Selung ini masih perjaka, yang mana tubuhnya sangat besar sekali. Sedangkan Joko Bodo orangnya bodoh. Joko Selung tidak cepat menikah, banyak perempuan yang tidak mau dijadikan istrinya.
Kemudian diurung-urung (pohon besar) ada seorang gadis yang mengadakan sayembara siapa yang bisa mendatangkan sumber mata air sampai di tempatnya, kalau laki-laki akan dijadikan suaminya dan kalau perempuan akan dijadikan saudaranya. Akhirnya yang memenangkan sayembara adalah Joko Selung karena itu Putri Kalang Bangi harus memenuhi janjinya terhadap Joko Selung yaitu menjadi istri Joko Selung.
Karena terjadinya penyakit yang namanya masa pagebluk (banyak orang sakit) diberantaslah seseorang, namanya Joko Bodo yang tempatnya di Punden Jumok. Hal ini bisa diatasi karena mendapat firasat setiap suro disuruh mengadakan kegiatan kesenian yaitu tayub (gambyongan atau klede'an). Dengan hal ini akhirnya masyarakat di sekitar Punden sembuh. Akhirnya masyarakat di sekitar Punden percaya terhadap hal ini, kemudian kesenian ini dibudayakan dan turun temurun di Desa Tapen. Ada dua versi desa ini dinamakan Desa Tapen yang pertama masa pagebluk ini diistilahkan kotoran yang akhirnya diinteri, dibersihkan, ditapeni yang kemudian penyakit itu hilang. Kemudian versi kedua seorang janda dadapan mempunyai anak dua yaitu Joko Selung dan Joko Bodo yang berada di tempat pertapaan gayam kemudian tinggal di Pundek Jumok. Karena tempat pertapaan inilah dinamakan Tapen. Janda ini kesulitan mencari makanan kesehariannya sehingga aktifitasnya mencari bunga rumput teblok yang dikeringkan untuk bikin makanan seperti gandos, nasi, roti, dan lain sebagainya. Aktivitas setiap hari setelah kering bunga rumput itu ditapeni. Bupati Lider yang lewat tau keseharian janda yang makanannya seperti itu akhirnya menyumbang dan mempunyai keinginan kalau ada kemajuan, desa itu dinamakan Desa Tapen.