Potensi Desa

Punden Kenong

16 Agustus 2019

Punden Kenong

Tanda Kesuburan dalam Punden Kenong

 

Para pembaca, masihkah kalian ingat dengan penemuan arca Brahma di Trenggalek yag diduga peninggalan dari Kerajaan Majapahit. Letak Magetan yang berada di kaki gunung Lawu mengingatkan kita tentang kaburnya Raja Brawijaya terakhir ke Gunung Lawu menandakan Magetan mempunyai kedekatan dengan kerajaan hindu ini. Salah satu peninggalan kemegahan Kerajaan Hindu adalah Lingga dan Yoni.

Di Punden Kenong yang terletak di Desa Tapen juga menyimpan sisa sejarah yang sangat menarik. Disana ditemukan dua yoni dan dua artefak batu berbentuk kenong. Yoni dan batu kenong ini dikelilingi oleh sawah yang luas. Punden dalam KBBI diartikan sebagai tempat keramat atau sesuatu yang sangat dihormati oleh masyarakat sekitar.

Lingga Yoni

Lingga dan yoni telah dinobatkan sebagai benda budaya. Lingga merupakan batu yang berbentuk silinder dan yoni merupakan batu yang berbentuk persegi panjang, kubus maupun bujursangkar yang memiliki lubang ditengahnya sebagai poros lingga.

Lingga biasanya ditegakkan diatas yoni. Tetapi berdasarkan banyaknya arca yang ditemukan, lingga dan yoni terletak terpisah. Lingga merupakan simbol alat kelamin laki-laki yang berasal dari alat kelamin dewa Siwa yang menggambarkan kejantanan. Yoni merupakan simbol alat kelamin perempuan yang menggambarkan kesuburan.

Lingga dan yoni merupakan penanda peradaban masyarakat Jawa pada masa Kerajaan Hindu. Memudarnya kepercayaan hindu di Indonesia ditandai dengan runtuhnya Majapahit pada abad ke-13 ditandai dengan menangnya kerajaan islam Demak Bintaro terhadap Jawa.

Perebutan dominasi yang sengit antara Demak Bintaro dan Kerajaan Majapahit menjadikan banyak produk budaya yang dirusak maupun dimusnahkan maupun dialih fungsikan. Pada masa kekuasaan islam, lingga dan yoni banyak ditemukan sebagai alat penumbuk.

Batu lingga dan yoni banyak ditemui situs-situs candi di Jawa maupun Pura di Bali.

Lokasi lingga  : Desa Pupus

Lokasi yoni     : 100 meter di sawah Punden Kenong, Desa Seturi

 

Batu Kenong

Monumen megalitikum berbentuk kenong berhasil ditemukan di Desa Tapen, Jawa Timur.

Terdapat berbagai versi cerita tentang batu kenong yang dikemukakan oleh masyarakat. Ada yang percaya bahwa kenong tersebut merupakan simbol kenong yang hilang dicuri, ada pula yang percaya bahwa kenong tersebut merupakan kenong yang berasal dari Yang Diatas. Masyarakat percaya pada jaman dahulu kenong tersebut dipinjamkan kepada peduduk desa untuk melangsungkan hajatan.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI memberikan deskripsi tentang riwayat batu kenong. Batu kenong yang berbentuk natural digambarkan sebagai bentuk payudara erat kaitannya dengan kesuburan. Batu kenong yang berhimpun biasanya diasumsikan sebagai umpak bangunan rumah, kuburan komunal dan objek pemujaan.

Batu kenong pada jaman dahulu biasanya digunakan sebagai landasan bangunan atau tempat ibadah sebagai penahan bangunan utama pada masa megalitikum hingga klasik. Masa megalitik merupakan masa yang dicirikan oleh benda-benda yang terbuat dari batu. Masa megalitik diperkirakan berumur 2000 tahun yang lalu.

Batu kenong banyak ditemukan di Bondowoso dan Jember.

 

SLAMET RIYANTO (KEPALA DESA )    LUHUR PRASETYO (KAUR TATA USAHA DAN UMUM)    SETYO HERU WIDODO (KAUR PERENCANAAN )    AGUS BUDI WIANTO (KAMITUWO RINGIN PUTIH)    HARIYANTO (KAUR PEMERINTAHAN)    MISNI (STAF KASI PEMERINTAHAN)    SULASTRI (KAMITUWO KANDANGAN)    ENDRI SETIAWAN (KAMITUWO WONOREJO)    KASNI (KAMITUWO SETURI)    JAINO (KAMITUWO SEKAR PUTIH)    AGUNG DIAN PURNOMO (KAUR KESEJAHTERAAN)    SOLIKIN (KAUR PELAYANAN)    LASMI (KAUR KEUANGAN)